Setiap sudut Desa Mojosari menawarkan kebudayaan tradisional yang memukau. Lantunan syair Islam bercampur Jawa, tarian aktraktif, hingga nyanyian yang mendengung di setiap sisinya siap menghipnotis siapa saja yang melihatnya.
Desa ini terletak di lereng Gunung Sindoro dan masuk dalam lingkup administratif Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Keadaan geografis ini menawarkan hamparan sawah penuh tembakau. Layaknya, tanaman tembakau, kesenian di desa ini pun tumbuh subur menjamur di setiap dusun desa.
Potensi besar ini yang dilihat oleh TIM II KKN UNDIP, potensi kebudayaan yang melimpah ruah sudah seyogyanya khalayak ramai ataupun warga Desa Mojosari sadar akan nilai kebudayaan kesenian yang dimiliki. Mirisnya, keadaan beberapa organisasi cukup mengenaskan disebabkan minimnya generasi muda yang enggan meneruskan kesenian tersebut. Oleh karena itu, inovasi yang dilakukan tim KKN adalah dengan memberikan pelatihan manajemen organisasi kepada ketua-ketua organisasi seni, penekanan kolaboratif karang taruna dan organisasi seni, dan memberikan pendampingan publikasi sejarah tiap kesenian yang ada di Mojosari kepada perangkat desa. Misi program ini pun dicetuskan dan diberi nama ”Branding Desa Mojosari sebagai Desa Wisata Seni melalui Media Digital”
ALUR PROGRAM
Misi program ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pelatihan manajemen organisasi, pelatihan pencarian dana, dan publikasi sejarah di Web desa.
- Manajemen Organisasi Kesenian
Materi Manajemen organisasi diberikan oleh mahasiswa Sastra Indonesia (Wahyu Kartika Putra). Manajemen organisasi kesenian ini akan difokuskan pada enam hal, yaitu:
- Perencanaan, menentukan tujuan, baik jangka pendek ataupun jangka panjang.
- Pemasaran, proses mempromosikan kegiatan kesenian.
- Keuangan, mengatur pemasukan dan pengeluaran kebutuhan.
- Pengorganisasian, mengelompokkan berbagai kegiatan dan memberikan kekuasaan untuk melakukan kegiatan tersebut.
- Motivasi, mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan.
- Pengendalian, mengatur pelaksanaan dengan tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif.
- Pelatihan Pencarian Dana
Pada materi kedua, Tim KKN UNDIP yang diwakilkan oleh mahasiswa Akuntasi Perpajakan (Ahmad Dzaky Ferdi Susanto) memberikan pelatihan pembuatan proposal formal dan kreatif yang ditujukan untuk pencarian dana di perusahaan swasta atau pengajuan terhadap dana desa. Pada tahap ini pula, ditekankan juga partisipatif karang taruna sebagai kelompok yang membawahi organisasi-organisasi kesenian di Desa Mojosari untuk turut serta memperjuangkan pencairan dana kepada pemerintah desa untuk kegiatan-kegiatan kesenian.
- Publikasi Sejarah Kesenian di Web Desa
Tahap pamungkasnya adalah pendataan sejarah kepada 7 organisasi yang menjadi target program ini. Kesenian ketoprak, wulan sunu, lengger, 2 organisasi kuda lumping, bangilon, dan santi swara. Pendataan sejarah dikomandoi oleh mahasiswa sejarah (Farasyifa Putri Ardiansyah).
Data-data yang telah terkumpul lalu diolah oleh mahasiswa Sastra Indonesia menjadi artikel berita sejarah dan hasilnya akan dijadikan bahan pelatihan pengoptimalan publikasi di web desa kepada pemerintah desa. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab mahasiswa Teknik Komputer (Ihsan Harimurti).
Seluruh rangkaian misi prorgam ini menggabungkan 4 ilmu disiplin yang output-nya adalah artikel yang diunggah di web desa serta pencetakan booklet sejarah kesenian yang ada di Desa Mojosari. Kegiatan ini pun mendaptkan tanggapan positif oleh pengiat seni di desa. Pak Sucipto misalnya, beliau mengatakan bahwasanya kesenian tradisional perlu dilestarikan sebagai hiburan dan media tuntunan kehidupan.
”Kesenian-kesenian yang ada, bukan hanya tentang hiburan semata, lebih dari itu menjadi wadah media pembelajaran sejarah dan tuntunan kehidupan manusia,” tutur Pak Sucipto sewaktu diwawancarai di kediamannya pada Kamis (8/8/2024)
Hal senadapun juga diungkapkan oleh Pak Sumar selaku seketaris organisasi kolektif wulan sunu.
”Baru kali ini terdapat program dari mahasiswa yang terfokus pada kesenian desa. Harapan saya semoga ini awal lestarinya kesenian-kesenian yang ada di desa (Mojosari),” tungkasnya pada Minggu (11/8/2024)
Kiranya program ini bukan menjadi akhir, tetapi pemantik awal agar masyarakat Desa Mojosari lebih peduli kepada kekayaan kebudayaan tak benda yang dimiliki serta dapat memberikan citra bagus di mata khalayak ramai nantinya.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook